Menjadi umat pilihan Tuhan bukan berarti jaminan bebas dari hukuman. Allah tidak hanya mengasihi, tetapi mengasihi dengan besar dan benar. Perpaduan antara besar dan benar inilah yang mendorong Allah untuk memberikan peringatan dan hukuman. Ini dimaksudkan sebagai bentuk disiplin bagi umat pilihan.

Bangsa Israel melakukan pelanggaran yang sangat serius (2:6-8). Mereka menindas kelompok marjinal. Tidak ada belas kasihan bagi mereka yang lemah dan terpinggirkan.

Sikap di atas sangat bertolak belakang dengan anugerah Allah yang sudah ditunjukkan kepada bangsa Israel. Allah sudah melakukan bergitu banyak kebaikan kepada mereka (2:10-12). Pada waktu mereka belum memiliki tempat tinggal dan menghadapi penindasan, TUHAN menolong mereka (2:9-10). Dia juga mengutus para nabi dan nazir untuk memimpin mereka (2:11-12). Sayangnya, semua kebaikan ini seolah-olah tidak berarti apa-apa bagi mereka. Hidup mereka sama sekali tidak menunjukkan kelimpahan kasih karunia Allah. Mereka bukan hanya tidak mau membagi, mereka bahkan tidak mau mensyukuri.

Pengabaian terhadap kasih karunia membuat mereka begitu rentan terhadap dosa. Seharusnya kebaikan Allah yang menjadi dorongan terbesar bagi mereka untuk menaati Dia. Kasih Allah menumbuhkan kasih dalam diri mereka, yang pada akhirnya berbuahkan ketaatan. Ketika kasih dari Allah diabaikan dan kasih kepada Allah dilupakan, dosa berkuasa dengan leluasa.

Solusi untuk situasi seperti ini adalah peringatan dan hukuman. Dalam anugerah-Nya Allah “memaksa” mereka untuk menghargai anugerah dan kembali kepada-Nya. Keadilan-Nya juga mendorong Allah untuk menghukum setiap pelanggaran.

Hukuman seperti apa yang diberikan kepada bangsa Israel?

//

Khotbah Umum 12 Januari 2020

//