Banyak orang mengira kesuksesan sebagai tanda perkenanan Tuhan. Celakanya, definisi “kesuksesan” di sini dipahami secara duniawi. Jika semua yang terlihat baik – misalnya kesehatan, penghasilan, keamanan, dan kemakmuran – ada pada diri seseorang, orang itu sedang diberkati oleh Tuhan. Allah menyertai hidupnya.

Dengan konsep semacam ini, orang yang merasa dirinya diperkenan oleh Tuhan cenderung meremehkan kesalahan-kesalahan mereka. Mereka berpikir bahwa Tuhan maklum dengan semuanya itu. Buktinya, Allah tetap memberikat berkat-berkat-Nya.

Benarkah semua kesuksesan itu merupakan tanda perkenanan Tuhan? Benarkah perkenanan itu membuat Tuhan mengesampingkan kesalahan mereka? Khotbah hari ini akan menyediakan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan ini.

Teks kita hari ini, yaitu Amos 3:3-8, tidak boleh dipisahkan dari bagian sebelumnya (3:1-2). Seperti yang kita sudah pelajari bersama di khotbah sebelumnya, bangsa Israel menganggap sepi ucapan penghukuman yang diberitakan oleh Amos di 2:6-16. Mereka tidak percaya pada berita itu.

Mengapa mereka tidak percaya? Alasan utama adalah keadaan mereka yang sedang baik-baik saja. Di bawah pemerintahan Raja Yerobeam II, bangsa Israel memiliki kekuatan militer yang kuat. Beberapa daerah yang sempat dikuasai oleh musuh berhasil direbut kembali. Secara ekonomi mereka juga berjaya. Banyak orang kaya di Israel. Secara relijius mereka juga masih mempersembahkan kurban dan merayakan ritual-ritual penting. Tuhan tampaknya sedang memberkati mereka. Teguran yang disampaikan oleh Amos di 2:6-16 terlalu dibesar-besarkan. Jika TUHAN tidak berkenan kepada mereka, mengapa mereka dalam keadaan yang nyaman, aman dan baik-baik saja?

Alasan lain adalah posisi mereka sebagai umat Allah. Mereka adalah umat tebusan yang dilepaskan secara ajaib dari tanah Mesir. Mereka dijadikan umat perjanjian. Posisi mereka di antara segala bangsa sangat unik. Tidak ada bangsa lain seperti mereka.

Rasa aman yang palsu seperti itulah yang mendorong mereka untuk mengabaikan dan menentang pemberitaan Amos. Sebagai respons terhadap mereka, Amos mengingatkan bahwa posisi sebagai umat TUHAN bukan jaminan dihindarkan dari hukuman (3:1-2). Dalam perjanjian itu sudah ada aturan: ketidaktaatan akan disikapi TUHAN dengan hukuman. Keadaan bangsa Israel yang terlihat baik-baik saja sebenarnya bukan tanda perkenanan dari Tuhan. Allah tidak berkenan pada pelbagai pelanggaran yang mereka lakukan. Hukuman Allah sudah disiapkan. Mereka perlu mendengarkan dengan kesungguhan. Dalam konteks seperti ini, Amos mengucapkan berita kenabian di 3:3-8.

Melalui teks hari ini kita akan belajar beberapa konsep tentang hukuman Allah. Di dalam hukuman Allah kita menemukan keadilan sekaligus kemurahan-Nya. Keseriusan-Nya dalam menegakkan keadilan sama dengan keseriusan-Nya dalam menegakkan kita di atas kasih karunia-Nya.

//

Khotbah Umum 10 Mei 2020
Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

//

Subscribe to our YouTube channel:
https://www.youtube.com/gracealoneministry

Stay connected:
http://instagram.com/gracealoneministry
http://www.gracealone.id